BAHAYA FILM HOROR
BAGI MENTAL ANAK-ANAK
“Horor"
istilah itu sendiri memiliki arti mengerikan. Ketika datang untuk menonton
setiap film horor, maka benar-benar memberi kita kesan menyeramkan. Film horor
merupakan sebuah genre film yang
berusaha menarik reaksi emosional negatif dari penonton yang menimbulkan efek
takut bagi sang penonton tersebut. Biasanya film-film horor sering menampilkan
berbagai adegan yang menakut-nakuti penonton melalui sarana yang mengerikan ,
karena berulang kali menutupi dengan genre fantasi dan fiksi ilmiah. Film horor
juga sering sebagian tertutup dengan genre film thriller.
Berikut ini
merupakan beberapa dampak buruk menonton film horor bagi anak-anak:
Ketika
menonton Film horor pasti perasaan takut,was-was,deg-degan dan histeris akan
muncul. Film ini seakan dibuat untuk menakut-nakuti, mempengaruhi secara
langsung, mengajak seseprang untuk berimajinasi dan masuk ke alam yang di
suguhkan sang empunya film dan menyebabkan mental penonton menjadi tegang,dan
konsistensi adrenalin pun meningkat. Teriakan dan jerit ketakutan serta
hesteris seakan menjadi penanda Film horor telah sukses dan pada saat
itulah penonton merasa puas dan merasa kebutuhannya ataukeinginannya terpenuhi
begitujuga sang pembuat film. Itulah mungkin bagi penonton dalam hal ini
mungkin orang dewasa ihwal atau sensasi keasyikan dan keindahan menonton Film
horor. Tapi bagi anak-anak Film ini akan membawa corak yang berbeda.
Tayangan
Film horor bagi anak-anak jelas-jelas mempunyai pengaruh yang tidak selalu mengarah
ke positif. Adegan tayangan yang penuh dengan aroma pembunuhan,pembantaian, eksekusi,
deg-degan dan rasa takut, akan hantu-hantu yang mesterius, perasaan mistis, dan
tekanan-tekanan mental lainnnya akan ikut mempengaruhi dan membentuk
karakteriskstik serta kepribadian seorang anak.
Masa
anak-anak adalah masa dimana kondisi kejiwaannya masih cendrung imitative dan
sangat labil untuk terpengaruh bisikan-bisikan maupun intimidasi dari
luar,kalau tidak percaya coba anda liat anak-anak yang menonton animasi,naruto
misalnya,maka dia akan mengikuti gaya ataupun jurus dar. Setiapi Naruto, atau
power rangers mungkin, maka mereka akan membayangkan diri mereka menjadi power
rangers, itu karena mereka sangat mudah terpengaruh oleh sesuatu yang baru,
tanpa banyak pertimbangan apakah itu baik atau buruk, akan selalau ingin
ditiru. Apa yang dilihat yang dirasakan dari lingkungan sekitar akan turut
membentuk pola perkembangan anak. Meski anak-anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah tapi lingkunganya kurang baik, maka potensi kefitrahanya akan
tercoreng,lingkungan akan membentuk suatu karakteristik tersendiri dari seorang
anak,Lingkungannya lah yang seakan menjadi pokok pedoman atau filosofi saat si
anak membentuk kepribadiannya.
Film horor
yang mempunyai banyak muatan mesterius akan banyak mempengaruhi kepribadian
seorang anak. Anak-anak yang selalu dihadapkan dengan suatu hal yang mesterius
akan membentuk karakter kepribadian yang penakut, minder dan tidak percaya
diri. Dalam Film horor pasti ada sesuatu yang mesterius, baik itu dengan hantu
dan aroma pembunuhan,eksekusi,dan gambaran-gambaran jeritan ketakutan. Adegan
itu akan membuat seseorang, apalagi anak-anak akan merasa ketakutan.
Kesehariannya
pasca menonton Film horor anak-anak biasanya akan selalau dilanda dengan
kecemasan dan ketakutan.Mereka cenderung penakut untuk keluar ataupun berjalan
sendiri karena gambaran mistis atau hantu yang mereka dapatkan dari film horor,
tentu saja Ini buah dari tayangan Film horor. Mungkin orang dewasa tidak akan
mengalami hal ini secara langsung mengingat mereka sudah biasa membedaan mana
hal yang termasuk objektif atau yang sesungguhnya dan mana yang
fiktif atau karangan belaka. Tapi anak-anak yang biasanya hanya bisa cepat
meniru apa-apa yang dilihat, dirasakan dan dimasukan dalam kepribadiannya.Dan
hal yang dilihat dan di rasakan itulah yang akan membentuk kepribadiaannya
dalam beraktivitas sehari-hari.
Dalam Film
horor juga penuh dengan adegan-adegan mistis. Adegan mistis sebenarnya hanya
akan mengajari anak-anak untuk tidak berfikir rasional atau tidak berfikir
nyata (realistis) dan hanya percaya pada klenik dan fiktif berdasarkan
pengalaman visual dan psikologi mereka. Anak-anak masih cenderung belum
bisa membedakan mana kehidupan yang nyata dan benar-benar ada atau dapat
terwujud dan mana kehidupan yang fiktif atau rekaan belaka. Ketika Film horor
itu telah membentuk pengetahuan dan terinternalisasi dan terkolektivitas
langsung dalam diri anak, maka anak-anak akan membentuk pola hidup dan karakter
yang mistis.
Selalu kita
jumpai alur Film horor tidak akan pernah lepas dari balas dendam dari seorang
hantu yang sebelumnya telah dibunuh atau bahkan kadang diperkosa. Dari situ
biasanya Sang hantu akan muncul dan menakut-nakuti ataupun meneror seseorang
yang dianggap musuhnya. Adegan ini menyimpan dua makna, balas dendam dan adegan
kekerasan yang sama-sama membawa efek negative bagi anak-anak.akibatnya
pembentukan karakter pendendam dan penekut juga bisa terbentuk,kekerasan yang
mereka liat membentuk sifat pembangkang,pemarah atau bahkan melawan orang tua,
itu tentunya suatu hal yang paling tidak kita inginkan.
Adegan balas
dendam dalam Film itu akan mempengaruhi mental anak-anak dalam setiap
menghadapi persoalan dan masalah. Balas dendam adalah sifat yang menyimpan kebencian
dengan motif tertentu. Kebencian itu tidak akan pernah lepas dan hilang kecuali
sudah membalas terhadap lawanya, maka sesekali si anak dapat saja menebar
ancaman pada siapapun yang dianggap lawannya belum lagi jika dia telah
terpengaruh adegan mistis dalam cerita, yang jelasnya jangan sampai si anak
memegang benda tajam dikala emosi atau timbul hasrat membalas dendam karena
mungkin saja mereka tidak berfikiran panjang dan menyerang langsung secara
membabibuta. Adegan-adegan inilah yang juga akan menjadi sumber dari segala
kekerasan. Maka fenomena kekerasan yang banyak terjadi pada anak-anak saya kira
juga tidak akan pernah lepas dari tayangan-tayangan.
Seperti pengalaman
pribadi saya sendiri, ketika saya dan ketiga adik saya menonton film horor di rumah,
mereka sangat antusias dan rasa ingin tahu nya bahkan lebih besar dari pada
saya, ketika sosok-sosok hantu nya mulai muncul dalam adegan, satu persatu adik
saya mulai mendekat dan menutup mata mereka dengan sebuah bantal, mereka juga
mulai berteriak-teriak ketakutan, setelah selesai film itu kami tonton, 3 adik
saya menjadi takut untuk bergerak kemanapun, walaupun sudah selesai mereka
tetap saja ketakutan bahkan salah satu adik saya menangis karena saya
takut-takuti, mereka menjadi tidak berani keluar kamar, tidak bisa
ditinggalkan, dan selalu ingin disebelah saya. Malam harinya ketika mereka
sudah tidur, saya melihat dua adik saya yang masih kecil mimpi buruk dan
mengigau, mereka menangis ketakutan sampai seluruh tubuhnya berkeringat.
Setelah kejadian itu mereka saya larang untuk menonton film horor lagi.
DAFTAR PUSTAKA