Selasa, 28 Juni 2016

Bagaimana Hasil Akhirnya?

Selamat pagi, FillerX di manapun kalian berada^^

Berhubung UAS udah selesai dan udah nggak ada kuliah, Raras nggak ada kerjaan banget nih. Lagi nggak puasa pula, jadi kerjaan di rumah cuma tidur-makan-tidur-makan :”D
Mengisi waktu luang, Raras mau cerita sesuatu yaaa. Baca baik-baik, oke?:p

--------
Setelah satu semester berkutat dengan mata kuliah Komunikasi Massa, akhirnya tibalah hari penentuan nilai akhir pada hari Jumat, 24 Juni 2016. Ya, hari terakhir kami UAS diisi oleh mata kuliah Komunikasi Massa.

Seminggu menjelang UAS benar-benar kami gunakan untuk menyiapkan UAS ini dengan sebaik mungkin. Dari mengisi blog dengan artikel masing-masing, menulis laporan [FillerX Project], menyiapkan bahan presentasi, mengedit video presentasi, membagi tugas masing-masing dan masih banyak lagi. Waktu yang ada kami gunakan sebaik mungkin. Pokoknya UAS harus dapet hasil yang maksimal!

Malam sebelum presentasi, kami diskusi lagi via grup call di LINE. Kami bahas apaaaa aja yang berhubungan sama UAS Komunikasi Massa. Kami juga memastikan tugas masing-masing udah selesai, jadi setelah ini kami bisa istirahat biar presentasi besok lancar.

Hari-H, Raras pikir semuanya udah selesai dan aman-aman aja, karena nggak ada ‘ribut-ribut’ di grup LINE terkait UAS.
Tapi tiba-tiba, karena ada suatu kendala dan mungkin miscommunication di antara kami... ternyata artikel-artikelnya belum diprint dong. Matilah, bingung sendiri Raras.
Raras otw kampus naik TransJogja. Lama perjalanan dari rumah Raras sampai kampus kalo naik TransJogja kemungkinan satu setengah sampai dua jam. Nggak mungkin dong berhenti-berhenti di tengah jalan buat ngeprint segitu banyaknya. Mau minta tolong satu-satunya orang yang bisa Raras andalkan (baca: pacar Raras) nggak bisa juga, karena dia lagi Jumatan. Nggak mungkin Raras ganggu ibadah dia, kan?
Gita ada acara lain. Rere nganterin adiknya ngurus kuliah. Yono entah ke mana. Bingung, kan? Yaudah, Raras cuma bisa diem dan berharap bisa cepat sampai kampus.

Tapi, secepat-cepatnya sampai kampus, apalagi naik TransJogja, tetep juga jam 1 baru sampai kampus. Langsung Raras lari ke lab komputer buat ngurus artikel yang harus diprint, disusul Gita dan Rere. Kami bertiga pusing-pusing ngurus ginian, sampai nggak sadar udah setengah 2. Dan yang nggak kami tahu, ternyata kami dapat giliran pertama untuk maju presentasi. Mau nggak mau kami diundur presentasinya karena kelompok kami yang hadir belum lengkap. Yaudah, nggak bisa gimana-gimana. Kami tetep ngurus tugas yang harus diprint. Raras mau nangis rasanya, takut nggak bisa ikut UAS gara-gara telat:”D

Mengingat udah setengah 2 lebih, akhirnya kami bertiga naik ke atas menyusul dua teman kami. Ternyata kelompok kami dapat jatah presentasi yang ‘kemungkinan’ terakhir. Yaudah, Raras sama Rere turun lagi ke lab komputer buat lanjut ngeprint artikel yang lain.

Awalnya lancar-lancar aja tu acara ngeprintnya. Tapi tiba-tiba, print error. Print yang biasa direstart dua hari sekali, hari ini jadi udah direstart dua kali sehari gara-gara kami pake ngeprint HAHAHA. Masih kurang 23 artikel lagi dan print keburu error, ditambah kemungkinan kelompok kami yang bentar lagi dapat jatah presentasi. Akhirnya kami putuskan untuk naik ke lantai 3, ruang ujian. Dengan berbekal artikel yang belum sepenuhnya kami print.. kami cuma bisa pasrah apa yang akan terjadi selanjutnya:”D
Btw, artikel yang kami print banyak banget lho hahaha. Padahal kan belum semuanya diprint._. Raras sempet liat artikel kelompok lain. Nggak tebel-tebel, cuma kayak jilid laporan karya ilmiah gitu. Ini kelompok Raras yang salah atau emang kami yang nggak tahu cara ngeprint kayak kelompok lain ya?:”D

Oke, tibalah jatah kelompok kami presentasi.
Artikel yang belum sepenuhnya kami print, Raras berikan pada bu Hayu. Beruntungnya, bu Hayu nggak marah:D
Kemudian Raras dan Rere jadi operator komputer, sementara Gita yang presentasi. Presentasi berjalan lancar. Dari membahas apa itu XputarFilm, apa tujuan blog ini, apa aja isi blog ini, [FillerX Project], dan tentu saja membahas proyek inti kami alias [FillerX Project] Studio Batu; Membuat Karya di Bawah Sebuah ‘Batu’
Selanjutnya, tanpa kami duga... KAMI DAPAT SENYUMAN MANIS DAN PUJIAN DARI BU HAYU, DONG:D
Seneng nggak sih? Kalo Raras sih seneng, begitu juga dengan teman-teman Raras yang lain:p
Kata bu Hayu, sejauh ini kelompok kami yang paling baik. Paling baik di sini dalam artian blog kami yang banyak artikelnya, isi sesuai dengan yang diharapkan bu Hayu, ada ide-ide baru di setiap proyek dan artikel kami, dan yang jelas blog kami paling banyak viewersnya. Wohooooo, thankyou FillerX yang udah berkunjung ke blog kami:3

Yahhh, intinya kami seneng lah. Usaha dan kerja keras kami ternyata membuahkan hasil. Semoga aja senyuman manis dan pujian dari bu Hayu setara dengan nilai yang akan kami dapat, Aamiin:D

Oiyaaaa, selesai presentasi kami foto-foto lho, FillerX. Tapi karena Hanni ada urusan, terpaksa deh dia nggak ikut. Simak foto-foto alay kami:p
di depan kampus kami tercinta, Universitas Atma Jaya Yogykarta
gaya aja dulu:p
gaya lagiiii:D
ehhh, kok nggak fokus?:"D
fokus lagi, gaya lagi:3
banyak gaya gapapa ya? intinya, kami bahagia^^

Okedeh, sekian postingan kali ini. Raras mau makan dulu ya, laper:p
Jangan bosan-bosan buat berkunjung ke blog kami, yaa. See you, FillerX~~\o/




#RarasSabillaYani^^

Jumat, 24 Juni 2016

Siapa Saja Orang di Balik XputarFilm?

Selamat pagi, FillerX^^

Selama kalian baca-baca artikel di XputarFilm, kalian pasti pernah terbesit pertanyaan, “Siapa saja sih orang-orang di balik blog super keren ini?” ya kan? Hayooo, ngaku:p
Biar kalian nggak penasaran lagi, boleh banget nih di cek satu-satu profil dari kami^^


Emanuella Zagita Ananda Bages Pradana
Wihhh, namanya panjang banget ya, FillerX? Kalo gitu, kita panggil aja Gita:D
Kalo FillerX lihat video-video [FillerX Project] dan lihat cewek yang kerjaan kepo nanya sana sini; itulah Gita. Gita yang lahir di Denpasar ini, sekarang lagi kuliah di FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Hobinya travelling, dengerin musik, dan tentu saja nonton film. Genre film yang disukai Gita adalah romance, drama, comedy, fantasy, dan horror. Kalo film favoritnya sih Harry Potter, Gokusen, dan drama-drama Korea. Ada yang sama kayak FillerX nggak nih?

Hani Falia
Hani Falia, atau lebih sering dipanggil Hanny. Hanny ini partnernya Gita kalo lagi kepo nanya sana sini nih, FillerX. Hanny yang saat ini juga menyandang status sebagai mahasiswi FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta, ternyata berasal dari Rantauprapat lho. Jauh banget yaaa, FillerX?
Bisa dibilang Hanny ini pecinta seni, terlihat dari hobinya yang suka bermain biola. Kalo masalah film, Hanny suka film bergenre kartun dan romance. Film favoritnya adalah Twilight Series. Itu lho, film yang ada Robert Pattinson yang super ganteng hahaha. FillerX ada yang suka Twilight Series juga nggak? Kalo iya, berarti sama kayak Hanny:D

Raras Sabilla Yani
Cewek yang satu ini biasa dipanggil Raras. Raras adalah orang dibalik tulisan-tulisan artikel [FillerX Project] alias laporan waktu XputarFilm jalan-jalan. Raras yang asalnya dari Jogja, saat ini juga menyandang status sebagai mahasiswi FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Wah, nggak bisa jauh-jauh dari Jogja banget nih ya Raras?:D selain hobi nulis dan jalan-jalan, Raras juga hobi nonton film. Genre film yang paling Raras suka adalah romance dan komedi. Satu film yang paling Raras suka adalah Pitch Perfect. Ada yang suka juga nggak?:p

Renata Evlina Manik
Mari kita panggil dia Rere.
Kalo FillerX baca artikel yang prolognya mengandung unsur Korea-Koreaan seperti ‘Annyeonghaseoo..”, bisa dipastikan artikel itu Rere yang nulis. Ya, Rere ini adalah pecinta segala hal yang berurusan dengan Korea Selatan; mulai dari musik seperti Exo, sampai film. Sama kayak Hanny, Rere yang kuliah di FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta ini ternyata juga berasal dari daerah yang cukup jauh, yaitu Pematang Siantar, Sumatera Utara. Genre film yang disukai Rere adalah komedi romantis. Tapi, untuk masalah film favorit tetep saja Rere sukanya film-film (dan juga drama) dari Korea. K-pop addict banget nih yaa Rere:D

Yono Frankhelia Octavianus
Nah, kalo ini yang paling ganteng diantara yang lain nih, FillerX:D
Kita panggil aja Yono. Dia adalah orang dibalik video-video keren dari XputarFilm lho. Cowok asal Kupang, NTT ini juga menyandang status sebagai mahasiswa FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Selain jago bikin video-video keren, Yono juga jago dance lhoo, FillerX. Masalah film, Yono suka film bergenre action, komedi, dan sci-fi. Ada yang tahu, film favoritnya Yono apaan?



Nah, gimana nih, FillerX? Udah pada kenal sama orang-orang di balik XputarFilm, kan? Cukup kenal aja ya, jangan sampai sayang. Nanti baper:p

Kamis, 23 Juni 2016

Kebiasaan Menyebalkan Saat Nonton di Bioskop

Hai, FillerX^^

Hari Selasa kemarin Raras nonton film yang akhir-akhir lagi hits nih. Ya, filmnya Valak alias The Conjuring 2. FillerX udah pada nonton, kan? Hmm, kalo udah pada nonton, Raras nggak akan bahas review dari The Conjuring 2 deh:p

Raras terakhir nonton di bioskop dua bulan yang lalu, nonton Batman vs Superman di CGV Blitz Hartono Mall Jogja. Waktu itu jumlah penontonnya terbilang sedikit, jadi nggak begitu banyak gangguan yang Raras dapat. Nah, kemarin Raras nonton di Cinema XXI Jogja City Mall. Bisa dibilang, satu bioskop FULL isinya orang semua. Dan bisa ditebak... banyak gangguan yang Raras dapat. Bukan, bukan diganggu sama Valak kok. Jangan sampai deh:”D

Ketika kita nonton di bioskop, harapannya tentu kita bisa nonton film dengan nyaman dan menyenangkan. Selain untuk melepas penat, nonton di bioskop juga membuat kita lebih merasakan efek yang sesungguhnya dari film tersebut. Kira-kira sebandinglah sama jumlah uang yang harus kita keluarkan. Sebelum film diputar, akan ada peringatan dari bioskop, misalnya larangan untuk merekam film, larangan untuk ngobrol/berisik, anjuran untuk mematikan handphone, dan lain-lain. Sayangnya, banyak penonton yang malah mengabaikan peringatan tersebut dan berakibat mengganggu penonton lain. Hmm, kira-kira apa aja ya, FillerX? Raras kasih tahu deh beberapa hal nyebelin yang nggak seharusnya FillerX lakukan di bioskop:3


Asyik Mainan Gadget
Sejauh ini, kebiasaan nyebelin yang paling banyak Raras temui waktu nonton di bioskop adalah orang yang malah asyik mainan gadget, bukannya fokus nonton film yang lagi diputar.
Kebayang nggak sih, lagi asyik-asyiknya nonton Valak yang lagi ribut sama Lorraine, tiba-tiba ada sinar yang refleks membuat kita nengok ke arah sumber sinar tersebut. Ganggu nggak sih? Entah sekedar untuk update status di Path atau Snapchat, chat pacar, atau cerita ke sanak saudara tentang film yang lagi kita tonton... bagi Raras sih itu ganggu banget.
Kita nonton film paling lama dua setengah jam. Selama dua setengah itu, nggak nengok handphone apakah suatu hal yang sulit dilakukan? Main gadget mungkin bagi kita suatu hal yang biasa. Tapi ketika dilakukan di bioskop, di mana bioskop adalah tempat khusus untuk nonton film, bukankah itu bakal ganggu orang-orang di sekitar kita?
Update Path atau Snapchat bisa dilakukan setelah atau sebelum nonton film. Chat pacar nggak dibalas selama dua jam juga nggak akan bikin pacar marah; kecuali FillerX nontonnya sama selingkuhan ya:p

Spoiler Everytime
“Habis ini Valaknya keluar nih. Dari balik lukisan itu dia bakal ngejar Lorraine.”
“Mainannya balik nih... tu kan, bener kataku. Balik beneran..”
“Setelah ini Janet-nya kesurupan nih. Yakin deh..”      
Saran dari Raras nih, lebih baik jangan nonton sama orang yang selama film diputar lebih asyik spoiler filmnya daripada fokus nonton. Kita ke bioskop tujuannya untuk nonton film dan tahu gimana cerita film tersebut dari apa yang kita lihat, bukan dari apa yang kita dengar dari orang yang asyik spoiler. Kebayang nggak sih, disaat kita lagi bermain dengan pikiran kita tentang gimana jalan cerita selanjutnya dari film tersebut, tiba-tiba ada yang nyeletuk ngasih tahu gitu aja... rasanya gimana sih? Kalo Raras sih kzl hahaha

Ngajak Ngobrol
Lagi mau fokus sama Valak yang lagi asyik ‘nyiksa’ Ed, tiba-tiba temen di sebelah ngajak ngomong, “Nanti mau buka puasa pake apa, Ras?”. Fokus perhatian yang awalnya ke layar bioskop jadi pecah karena harus jawab pertanyaan tadi. Ganggu, kan?
Belum lagi kalo temen tadi malah nanya-nanya, “Tadi itu kenapa?” atau “Kok bisa gitu sih? Emang tadi dia ngapain?”. Errrrr, rasanya lebih lebih kzl, kan?:”D

Nelpon
Ketika sebioskop hening karena lagi nunggu suatu adegan yang menegangkan, tiba-tiba ada bunyi suara dering handphone yang kenceng banget dan berlanjut suara “Halloooooo...” yang nggak kalah kenceng... rasanya gimana sih, FillerX? Mending kalo sadar dan langsung matiin teleponnya. Nah, kalo enggak dan malah makin lama nelponnya? Suruh keluar aja gih, FillerX:p

Bolak-Balik ke Kamar Mandi
Ini hal yang ganggu juga nih. Sebenarnya ke kamar mandi nggak salah, karena gimanapun juga yang namanya buang air kecil nggak boleh ditahan. Tapi kalo terlalu sering bolak-balik ke kamar mandi, padahal dia duduknya ada di tengah-tengah yang kalo mau keluar harus ngelewatin banyak orang. Belum lagi kalo badannya gede... semakin menghalangi pandangan orang-orang yang dia lewati kan? Bagi Raras sih ini ganggu banget

Kakiiiii...
Sebelum film diputar, ada peraturan bahwa kita nggak boleh naikin kaki di kursi bioskop. Tapi kenyataannya...
Ya, ini termasuk hal nyebelin sih. Bayanginlah, lagi nonton tiba-tiba ada kaki nongol di deket kepala kita. Mending kalo kakinya wangi yaa... kalo bau terasi gimana?:(
Trus juga kaki yang nggak bisa diem yang bikin kursi kita goyang-goyang sendiri. Kalo nontonnya film 6D sih nggakpapa yaa, FillerX. Nah ini...:(

Ketawa tapi Nggak Tepat Waktu
Nggak ada salah dari ketawa, apalagi kalo yang ditonton adalah film komedi. Tapi kalo lagi serius nonton tiba-tiba ada yang ketawa, gimana sih rasanya? Raras pernah nih, nonton Poltergeist sama temen Raras. Lupa adegan yang mana, tapi seinget Raras sebioskop lagi pada serius, maklum itu film horror. Tiba-tiba, temen Raras ketawa kenceng banget dan orang-orang di sekitar langsung ngeliatin kita dengan tatapan aneh dong:( Nggak ada yang salah, Raras cuma rada malu aja. Bisa ditebak apa yang terjadi selanjutnya? Iya, Raras nggak pernah mau nonton sama dia lagi, daripada malu HEHE

Nah, itu dia hal-hal nyebelin yang ganggu saat kita nonton di bioskop menurut Raras. Kalo menurut FillerX gimana aja sih?
Ohya saran nih yaaa.. kalo pengen lebih khusyuk nonton di bioskop lebih baik nonton sendirian aja. Paling nggak bakal terhindar dari hal-hal tadi di kanan kiri FillerX. Walaupun nggak bisa disangkal, kalo hal tersebut bakal tetap kita temui di dalam bioskop:p Tenang, nonton sendirian nggak akan membuat kalian terlihat jomblo banget kok, FillerX:D

Buat FillerX yang masih ngelakuin hal-hal di atas, lebih baik kurangi dikit-dikit lah. Jujur aja sih, Raras kadang juga masih buka handphone di bioskop. Tapi buka handphone buat ngecek jam aja sih. Update Path ataupun chat pacar tetap Raras lakukan di luar bioskop:p
Kalo udah bosen atau takut sama film yang ditonton, lebih baik keluar dari bioskop daripada mainan handphone atau ngajak ngobrol temen di sebelah. Meski sama-sama bayar dengan jumlah yang sama, bukan berarti kita bisa berbuat seenaknya lho, FillerX^^

Okedeh, sekian postingan Raras hari ini. Selamat malam, FillerX~~\o/



#RarasSabillaYani^^

Nonton Film Pendek Asia di Viddsee

Hai, FillerX^^

Kalo kemarin Raras udah bahas tentang Studio Batu dan film-film pendeknya yang sukses sampai festival intenasional, hari ini Raras mau bahas film pendek lagi nih.
Lah, masa’ film pendek lagi sih, Ras?
Eitsss tenang, beda pembahasan kok. Dibaca dulu deh. InshaAllah bermanfaat, terutama bagi kalian pecinta film pendek:D

------
Film pendek sebenarnya nggak beda sama film panjang; cuma beda dimasalah durasi aja. Tapiiii, karena masalah durasi itulah film pendek justru nggak bisa diputar di bioskop. Film pendek biasanya hanya diputar di festival film, komunitas film, atau acara tertentu. Padahal, film pendek nggak bisa dipandang sebelah mata lho, FillerX. Bisa dilihat kan, film-film pendek karya Studio Batu yang bisa ‘nangkring’ di festival bergengsi semacam HongKong International Film Festival, Berlin International Film Festival, bahkan sampai Semaine de la Critique Film Festival.

Seperti yang kakak-kakak kece dari Studio Batu bilang kemarin, hambatan yang dialami oleh filmmaker adalah masalah ruang putar. Nah, meskipun ruang putarnya terbatas, bukan berarti ruang geraknya jadi ikutan terbatas lho, FillerX. Justru ruang gerak film pendek bisa lebih luas, karena film pendek nggak perlu mematuhi sensor perfilman dan selera masyarakat.

Di jaman yang apa-apa serba pake internet ini, film pendek nggak cuma bisa kita temui di festival film atau komunitas film. Tetapi, dengan mudahnya kita bisa nonton film pendek di internet.
Kita bisa nonton film pendek di Youtube. Tapi, konten yang ada di Youtube bukan cuma tentang film pendek. Tentu sulit dan ribet kan buat nyari film pendek diantara video klipnya Justin Bieber atau Vlog-nya Raditya Dika?
Kita juga bisa nonton film pendek di Vimeo. Tapi, Vimeo udah diblokir sama pemerintah karena di Vimeo nggak ada filter buat konten porno. HEHE

Trussssss, kita nonton film pendek di mana dong, Ras?
Nah, seperti judul yang Raras tulis; kalian bisa nonton film pendek (terutama Asia) di sini nih....

Yap, Viddsee^^
Viddsee (Viddsee.com) adalah sebuah media online yang di dalamnya banyaaaaak banget beisi film-film pendek yang bagus dan bemutu. FillerX bisa nonton film-film pendek Asia nih di sini. Mau film pendek Korea Selatan yang bikin baper, ada. Film pendek Jepang yang seru-seru, ada. Film pendek Thailand yang bikin nangis, ada juga.
Caranya gampang lho, FillerX. Kunjungi Viddsee.com, lalu tinggal ketik asal negara di kolom search/pencarian yang ada di kanan atas. Setelah itu akan keluar film pendek dari asal negara yang dicari. Misalnya gini nih, Raras mau nyari film pendek Korea Selatan yaaa. Jadi, di kolom search/pencarian Raras tulis ‘Korea Selatan’
Nanti hasilnya kayak gini nih...

Selain asal negara, FillerX bisa juga nyari film pendek berdasarkan topik, genre, atau filter lainnya dari film pendek yang pengen dicari. Misalnya mau nyari film horror nih. Tinggal ketik ‘horror’ di kolom search/pencarian, dan taraaaa....

Viddsee ini terbuka bagi siapa aja. Siapa aja boleh nonton di Viddsee. Selain itu, Viddsee ini gratis dan legal lho, FillerX. Jadi, mau nonton semua film pendek yang ada di Viddsee juga nggak masalah. Mungkin masalahnya cuma di kuota yang bakal cepet abis hehe:p

Oiyaaaa, film pendek yang ada di Viddsee ini udah otomatis ada subtitle-nya kok, FillerX. Jadi, meskipun nonton film pendek Jepang, FillerX nggak perlu kebingungan mikir mereka ngomongin apa. Tapi, subtitle-nya dalam bahasa Inggris lho yaaa. FillerX harus ngerti bahasa Inggris kalo gitu:p

Selain media buat nonton film pendek, ternyata kita juga bisa mengirimkan karya kita ke Viddsee lho. Sekiranya FillerX punya film pendek yang bagus, bisa banget nih dikirim ke sini. Daripada nganggur di rumah nggak ada yang nonton, kan? Siapa tahu berhasil masuk Viddsee, terus film pendeknya ditonton sama orang-orang dari Jepang, Korea Selatan atau negara-negara lainnya... kurang keren apa lagi coba?:p

Jadi, gimana, FillerX? Tertarik buat nonton film di Viddsee? Atau kepikiran buat mengirimkan karya ke Viddsee?:3


Referensi:




#RarasSabillaYani^^

Kesempatan Unjuk Gigi Film Indonesia di Festival Internasional



Selamat malam Fillerx!, lagi pada ngapain nih? Udah pada buka kan? Pasti nya seger lagi dong kalo udah buka ya Fillerx!. Berhubung karena kalian semua pada udah buka dan mungkin juga lagi buka-buka blog kita, mimin mau ngupdate lagi nih Fillerx!
Updatean mimin kali ini keren kok :D , kalian semua pasti pada suka deh :D
Jadi baca sampai habis ya Fillerx! 


.


Festival Film Cannes adalah festival film terbesar di dunia yang tiap tahun menerima pendaftaran 2000 film, dihadiri kurang lebih 5000 jurnalis dan 30.000 profesional dari perfilman dunia, termasuk Indonesia. Dalam festival yang pertama kali digelar tahun 1946 ini, terdapat beberapa penghargaan, seperti Palme d’Or, penghargaan prestisius yang setara dengan Goldener Bär di Berlin International Film Festival . Selain itu ada penghargaan Prix Un Certain Regard yang diinisiasi Gilles Jacob sejak 1978 untuk mengapresiasi film-film indieuntuk bersaing dalam nominasi dan meraih pengakuan internasional.
Selama berlangsungnya Festival Film Cannes digelar pula Marché du Film di mana sekitar 10.000 pebisnis film dari lebih 100 negara bertemu. Dalam pasar film ini perwakilan tiap negara melakukan distribusi informasi tentang perkembangan film, kebijakan perfilman, promosi film dan negaranya sebagai lokasi produksi film internasional. Turut juga diselenggarakan program kompetisi film independen seperti La Semaine de la Critique atau Critic’s Week. Program tersebut diinisiasi sejak 1962 oleh Serikat Kritikus Film Prancis (French Union of the Film Critics) yang beranggotakan jurnalis dan kritikus film Prancis. Saat itu mereka melihat Festival Cannes terlalu mapan dan berorientasi pada nama besar sehingga sering mengabaikan karya-karya lain yang unggul dalam pencapaian artistik. Langkah yang sama ditempuh oleh Serikat Sutradara Prancis dengan menggelar Quinzaine des Réalisateur atau Directors Fortnight.
Selain Cannes, film Indonesia juga banyak menembus Vesoul International Film Festival of Asian Cinema yang mengutamakan segi seni dan artistik.Diselenggarakan di kota Vesoul, Prancis, festival ini merupakan festival film Asia paling penting di Eropa dan secara konsisten menampilkan seleksi film yang berkualitas. Berikut daftar 10 film Indonesia terbaik yang berhasil menembus Prancis:


Tjoet Nja' Dien (1988)


Kiprah Indonesia di Festival Film Cannes dimulai dari diputarnya film Tjoet Nyak Dien karya Eros Djarot pada tahun 1989 dalam program Semaine de la Critique untuk kategori film panjang. Di ajang tersebut film peraih 9 Piala Citra ini, meraih penghargaan sebagai Best International Film. Dibintangi oleh Christine Hakim sebagai Tjoet Nja’ Dien,Piet Burnama sebagai Pang Laot, Slamet Rahardjo sebagai Teuku Umar, film ini sukses menghidupkan sosok Cut Nyak Dien yang ahli strategi perang sekaligus istri dan ibu yang berbakti pada keluarga. Film yang digarap selama dua tahun ini menunjukkan kualitasnya terutama dalam setting lokasi dan waktu serta akting prima Christine Hakim yang berbicara dengan bahasa dan logat Aceh dengan sempurna.
Daun di Atas Bantal (1998)
Film karya Garin Nugroho yang di Prancis dikenal dengan judul Feuille sur un oreiller ini diputar dalam program Un Certain Regard di Festival Film Cannes 1998. Bercerita tentang kehidupan tiga anak jalanan di Yogyakarta; Kancil, Heru dan Sugeng yang diperankan oleh tokoh asli di kehidupan nyata dan menjalani hidup dalam kemiskinan bersama Asih (Christine Hakim). Film ini mengangkat tema keseharian dimana kesulitan hidup dan tragedi yang dialami karakternya ditampilkan apa adanya, namun tetap memiliki unsur artistik dan dramatisasi.

Pasir Berbisik (2001)

Film karya Nan T. Achnas ini ditayangkan dalam ajang Festival du Film Asiatique de Deauville tahun 2002. Festival sinema Asia ini digelar tiap tahun di kota Deauville, Prancis sejak tahun 1999. Dalam ajang tersebut, Dian Sastrowardoyomeraih penghargaan Best Actress. Film ‘nyeni’ (arthouse) yang menjadi ciri khas sang sutradara ini berkisah tentang kehidupan Daya (Dian Sastro) dan ibu, Berlian (Christine Hakim) yang diwarnai kemiskinan dan kesendirian. Daya yang merindukan hadirnya ayah dan teman bermain, mendengarkan suara pasir “berbisik” kepadanya. Alur lambat, minim dialog dan penuh simbolisasi tidak lantas menjadikan film ini membosankan berkat keindahan visual memanjakan mata sekaligus mendukung jalinan cerita.

Berbagi Suami (2006)

Film karya Nia Dinata ini meraih Prix d’Argent dan Prix du film favori du public (film favorit penonton) dalam ajang Festival du film d’Asie de Lyon di Prancis. Sekuel film Arisan! Ini mengangkat tema kontraversial di Indonesia: Poligami. Kegundahan Nia atas isu tersebut tertuang dengan cerdas lewat tiga cerita berbeda dalam satu film. Film yang diproduksi bersama Indonesia-Prancis ini mengangkat tema serius, sensitif, tabu namun dibungkus komedi satir. Film yang mengangkat tema poligami dari sudut pandang perempuan ini diproduksi bersama oleh Kalyana Shira Film dan WallWorks, sebuah rumah produksi asal Prancis dan dengan kolaborasi pekerja film Indonesia-Prancis.

Sang Penari (2011)

Film karya Ifa Isfansyah yang diadaptasi dari novel Ronggeng Dukuh Paruk karyaAhmad Tohari ini dirilis di Prancis pada ajang Festival Film Cannes 2013. Pemenang 4 penghargaan Piala Citra 2011 ini diputar dalam program European Premiere Antipodes, Cannes Cinephile 2013 dan kompetisi Cannes Senior Category dalam rangkaian Festival Film Cannes 2013. Sang Penari menceritakan kisah cinta tragis seorang pemuda desa bernama Rasus (Oka Antara) dengan penari ronggeng bernama Srintil (Prisia Nasution) di Dukuh Paruk, desa kecil yang diliputi kemiskinan, kelaparan dan kebodohan bersettingIndonesia tahun 1960-an yang penuh gejolak politik. Di tanah air, Sang Penari meraih 4 penghargaan dalam ajang Festival Film Indonesia 2011 untuk kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Aktris Terbaik Prisia Nasution dan Aktris Pendukung TerbaikDewi Irawan.

Atambua 39° Celcius (2012)

Film garapan Riri Riza dan Mira Lesmana ini memenangkan Inalco Jury Awarddalam ajang Vesoul Asian Film Festival 2013. Festival yang diadakan pertama kali di tahun 1995 ini,  setiap tahun menerima sekitar 30.000 film. Penghargaan Inalco ini diberikan oleh dewan juri yang beranggotakan Remi Dor, Francois-Xavier Durandy, Anthony Folkmann, Boris Elaiba, Elodie Guignard dan Satenik Mkhitaryan. Film Atambua 39° Celcius dipuji karena kekuatan tema cerita yaitu pencarian identitas dengan setting pasca konflik, sinematografi, penataan cahaya dan warna yang apik serta akting aktor-aktornya yang prima.

The Mirror Never Lies (2011)


Film karya Kamila Andini yang dibintangiGita Novalista, Reza Rahadian dan Atiqah Hasiholan ini diputar di program Cannes Cinephiles di Festival Film Cannes 2011. Disaksikan lebih dari 200 penonton internasional, film yang mendapat tujuh nominasi dalam Festival Film Indonesia ini juga diputar di Cinema Le Raimu di Cannes dan Festival des Antipodes di St Tropez. The Mirror Never Lies merekam dan memvisualisasikan kekayaan kehidupan laut Wakatobi dan keseharian suku Bajo melalui narasi sederhana dari seorang gadis kecil bernama Pakis (Gita Novalista) yang berusaha menemukan ayahnya yang hilang ketika melaut.

What They Don’t Talk When They Talk About Love (2013)

Karya kedua Mouly Surya yang mengangkat romansa remaja penyandang cacat ini diputar dalam Festival international du film de femmes de Créteil di Prancis tahun 2014. Mouly yang sudah dua kali berpartisipasi dalam Festival Film Cannes, melihat festival ini sebagai kiblat film terbesar di dunia di mana ia mendapat kesempatan besar untuk berjejaring dengan insan perfilman dunia. Mouly Surya juga dinobatkan sebagai sutradara perempuan pertama dalam sejarah Festival Film Indonesia yang meraih Piala Citra. Karya kedua Mouly Surya setelah Fiksi (2008) ini merupakan film Indonesia pertama yang masuk dalam nominasi World Cinema – Dramatic dalam ajang Sundance Film Festival 2013 di Amerika Serikat.

The Fox Exploits The Tiger’s Might (2015)


Setelah bersaing dengan 1750 karya pendek lainnya dan 1100 film feature dari seluruh dunia, The Fox Exploits The Tiger’s Mightkarya sutradara muda Lucky Kuswandiberhasil menjadi 1 dari 10 film pilihan yang dikompetisikan dalam program Semaine de la Critique Festival Film International Cannes tahun ini. Film ini merupakan film pendek Indonesia pertama yang berhasil masuk dalam kompetisi tersebut, setelah 10 tahun sebelumnya film pendek karya Edwinberjudul Kara, Anak Sebatang Pohonterpilih masuk kategori Director’s Fortnight di Festival Film Cannes 2005. Dan 26 tahun sebelumnya, film Tjoet Nya’ Dien terseleksi dalam ajang yang sama untuk kategori film panjang.
Bagi sang sutradara sendiri, karyanya tersebut memberikan keleluasaan dalam membicarakan tema kekuasaan dan seksualitas secara terbuka, jujur dan dewasa. Keleluasaan tanpa penyensoran diri maupun penyensoran dari berbagai lembaga dalam eksplorasi karya seni ini justru  membuahkan prestasi yang bisa dibanggakan oleh dunia internasional.

The Raid (2011)

Suguhan aksi laga intensif dengan plot sederhana ternyata mampu membawa The Raid maupun sekuelnya, The Raid 2 (2014), menjadi film Indonesia box officeteratas. Film yang mengangkat seni bela diri khas Indonesia, pencak silat, ke dunia internasional ini diputar di berbagai negara dan laris manis termasuk di bioskop-bioskop Prancis. Gareth Evans (sutradara) ternominasi sebagai Best Cinematographer dan meraih Best Editor dalam ajang Asian Film Awards 2015.
Itu tadi film-film yang membanggakan Indonesia di pentas Internasional nih Fillerx!, gimana menurut kalian tentang film-film yang ada diatas? Keren-keren kan? Pastinya dong :D semoga bermamfaat Fillerx!
Hem... karena kita udah selesai bahas topik ini, mimin pamit ya:D, jangan lupa tetap buka-buka blog kita Fillerx!.
Bye byee.... 



RENATA EVLINA MANIK